www.riaukontras.com
| KJJT Serukan Aksi Solidaritas Sesama Profesi, Atas Kematian Anak Seorang Wartawan | | Barita Simanjuntak: Semua Sama Dihadapan Hukum, Penegakan Hukum Jalan Terus | | Penganugerahan Gelar Adat Datuk Seri Lela Setia Junjungan Negeri Kepada Tuan Akmal Abbas | | Datangi PN Bengkalis, Masyarkat Lubuk Gaung Bentakan Spanduk Pengawalan Kasus Bombeng | | Serahkan Surat Pengaduan Penangguhan Penahanan Bombeng, Aliansi Mahasiswa Datangi KY RI | | Bahas Dua Ranperda, Bupati Bengkalis Jawab Pandang Umum Fraksi
Follow:     Serikat Perusahaan Pers
Rabu, 1 Mei 2024
 
Jakarta
Derita Jurnalis Saat Karantina Wilayah Dilupakan Oleh Pemerintah
Editor: Muhammad Abubakar | Kamis, 02-04-2020 - 13:52:44 WIB


TERKAIT:
   
 

OLEH: Ketua Dewan Pimpinan Nasional PPWI Wilson Lalengke
JAKARTA, RIAUKontraS.com - Menyikapi kondisi penyebaran Virus Corona atau Covid-19. Banyak daerah yang sudah menerapkan kebijakan Karantina Wilayah. Kebijakan ini mewajibkan semua warga harus tinggal di rumah (Stay at Home) dan melakukan pekerjaan dari rumah (Work from Home).

"Anak sekolah sudah diliburkan, dan mewajibkan para siswa belajar dari rumah (Online Learning).

Bagi beberapa kelompok warga, kebijakan "Lock Down" ala Indonesia (Karantina Biaya Mandiri) itu tidak begitu merepotkan, terutama bagi mereka yang berstatus sebagai pegawai pemerintah atau pengusaha.

Kelompok warga ini, walau di level pegawaian rendahan sekalipun, masih memiliki harapan untuk mendapatkan tunjangan pembiayaan hidup sehari-hari. Minimal dari gaji bulanan mereka.

Namun, bagi sebagian besar rakyat Indonesia, kebijakan "Stay At Home" merupakan sesuatu yang sangat merisaukan.

Karyawan atau buruh pabrik, pedagang kaki lima, dan tukang ojek adalah beberapa kelompok masyarakat yang hidupnya hanya berharap dari kerja harian. Uang yang didapat hanya cukup untuk biaya hidup dari hari ke sehari.

"Dapat uang hari ini, habis untuk biaya hari ini, kadang tidak cukup"

Kondisi ini juga dihadapi ribuan Jurnalis di Indonesia. Kehidupan mereka juga amat memprihatinkan, hidup dari hari ke hari dengan pendapatan yang seadanya.

"Wartawan Indonesia adalah salah satu kelompok rakyat yang selama ini terabaikan di Negeri nya sendiri. Taraf perekonomian kebanyakan para Jurnalis tergolong berada di bawah garis pra-sejahtera (untuk tidak mengatakan garis kemiskinan).

Terdapat beberapa faktor yang membuat kesejahteraan para Jurnalis di tanah air sulit beranjak naik.

Jangankan untuk menabung, pendapatan sehari-hari saja hanya cukup untuk biaya keseharian keluarganya.

Jikapun ada wartawan yang sejahtera, umumnya mereka adalah pemilik media atau Jurnalis yang mempunyai bisnis di luar Jurnalistik.

Beberapa perusahaan media yang memiliki ribuan wartawan, dapat memberikan penghasilan yang hampir memadai bagi wartawannya.

Perusahaan media nasional yang memiliki beberapa jaringan bisnis non-jurnalistik, seperti Properti, Perhotelan, hingga perkebunan dan pertambangan.

Hal tersebut menjadikan perusahaan itu dapat bertahan di tengah gelombang dasyat kemajuan Media Online yang tidak dapat di monopoli oleh media tertentu.

Walaupun begitu, pola pemberian gaji bagi para wartawan media nasional yang sudah mapan tidaklah sama alias tidak merata bagi ribuan wartawan nya itu.

Kinerja sang wartawan amat menentukan penghasilan yang bersangkutan.

Dengan kebijakan media besar seperti ini, tentunya masih menyisakan banyak wartawan nya yang hidup pas-pasan, dapat sehari, habis sehari.

Jika kondisi kalangan Jurnalis yang bekerja di media-media besar, yang mempunyai jaringan bisnis beromset miliaran hingga triliunan, masih cukup memprihatinkan.

Maka dapat dibayangkan kehidupan para Jurnalis di daerah-daerah yang hanya bermodal Idealisme dan semangat empat-lima.

Bekerja dengan bermodal sebuah Android untuk merekam hasil wawancara sekaligus mengambil foto sang narasumber dan objek berita, tentunya tidak akan memberikan hasil (pendapatan) yang cukup.

Akibatnya, di saat-saat genting masa karantina seperti sekarang, kalangan Jurnalis merupakan kelompok rakyat yang amat rapuh dari sisi ekonomi.

Sebagian besar mereka tidak memiliki persediaan kebutuhan hidup, tidak juga memiliki tabungan dana yang memadai untuk menjalani masa Stay At Home, walau untuk beberapa hari sahaja.

Jika sang wartawan memiliki keluarga dengan jumlah anak yang cukup banyak, tentunya menjadi beban yang sangat berat baginya.

Wartawan tidak akan pernah berputus asa, apalagi mengeluh, terlebih lagi mengemis kepada siapapun.

Idealisme seorang wartawan yang selalu siap untuk hidup menderita merupakan pegangan utama bagi mereka.

Jangan pernah berharap bahwa wartawan akan datang ke pemerintah, baik pusat maupun daerah, untuk sekedar meminta bantuan.

Justru, para Jurnalis sejati akan bergerak untuk menggalang kekuatan dalam mengatasi masalah yang dihadapi masyarakat.

Wartawan hanya lantang suara ketika memperjuangkan rakyat, tetapi diam seribu bahasa jika bicara soal nasib hidupnya sendiri.

Walaupun wartawan diam, janganlah beranggapan mereka kuat dan mampu bertahan tanpa makan-minum sehari-hari.

Wartawan tetaplah manusia. Mereka butuh asupan makanan untuk tetap bisa hidup. Mereka juga butuh menghidupi anak-istrinya sebagai bagian dari tanggung jawab kemanusiaannya di keluarganya.

Pemerintah semestinya tidak melupakan kalangan Jurnalis sebagai bagian dari rakyat Indonesia yang wajib diayomi dan di lindungi hidupnya.

Berikan akses ke sumber-sumber ekonomi yang ada di lingkungan pemerintah, baik dari alokasi anggaran APBN/APBD maupun bentuk bantuan lainnya.

Pemanfaatan keuangan yang bersumber dari dana CSR (Corporate Social Responsibility) perusahaan-perusahaan yang ada di daerah masing-masing dapat dimaksimalkan membantu warga masyarakat terdampak, termasuk kalangan wartawan.

Paling penting dari semua ini adalah bahwa para pengambil kebijakan di pemerintahan daerah semestinya peka terhadap kebutuhan warganya, terutama dari kalangan “pendiam” wartawan.

Mereka adalah bagian dari tanggung jawab anda, karena mereka adalah rakyat anda. Saya hanya menyuarakan keresahan ratusan ribu wartawan se-nusantara, yang tidak pernah mereka utarakan, kepada siapapun.

Penulis: Muhammad Abubakar

Jika Anda punya informasi kejadian/peristiwa/rilis atau ingin berbagi foto?
Silakan SMS ke 081261018886 / 085278502555
via EMAIL: riaukontras@gmail.com
(mohon dilampirkan data diri Anda)


 
Berita Lainnya :
  • Derita Jurnalis Saat Karantina Wilayah Dilupakan Oleh Pemerintah
  •  
    Komentar Anda :

     
    TERPOPULER
    1 Bansos Covid-19 Kota Pekanbaru Diduga di Korupsi Hingga 3 Miliar Satu Kali Penyaluran
    2 "MEMORI" Dari Sisilah Marga Gea
    3 Diberitakan Tentang Dugaan VC Sex, Oknum PNS MW di Nias Mencoba Intimidasi dan Melaporkan Wartawan
    4 Diduga Karena Pemasangan Selang NGT, Pasien RSUD Langsa Meninggal
    5 Penundaan Pembayaran Disetujui BCA Finance dinilai Merugikan Masyarakat, Terapkan Bunga 18/23% Lebih
    6 Kembali Diamanahkan sebagai Pj Walikota Pekanbaru, ini Program Prioritas yang Sukses Dijalankan
    7 Arta melia: Jika Ada Pungutan Biaya Untuk Calon BPD laporkan ke pihak berwajib
    8 ABG Tewas Dikamar Hotel di Bengkalis, Pelaku "SAN" Dijerat Pasal Berlapis
    9 Menelisik Geliat Prostitusi Online Kota Duri, Antara Sindikat Prostitusi dan Penipuan
    10 Kasmarni Terima Gratifikasi Rp 23,6 Miliar di Kasus Dugaan Korupsi Bupati Bengkalis Non Aktif
     
    Galeri Foto | Advertorial | Opini | Indeks
    Redaksi | Disclaimer | Pedoman | SOP Perlindungan Wartawan | Kode Perilaku Perusahan Pers | Visi-Misi | Tentang Kami | Info Iklan
    © 2015-2022 PT. RIAUKONTRAS PERS, All Rights Reserved